Tuesday, September 11, 2012

Mendaki maqam-maqam Sufi Bagai Menaiki Anak Tangga


Inti dari pensucian hari dari sifat-sifat tercela dan menggantinya dengan sifat-sifat terpuji adalah dimaksudkan agar seseorang terlepas dari ikatan-ikatan dunia hingga yang ada dalam hatinya hanya Allah semata. Langkah ini sebenarnya tidak bisa dilakukan dengan sekejap mata, tetapi membutuhkan latihan-latihan hati secara serius dan bertahap, yakni dengan upaya mencapai tahap-tahap kerohanian dari satu maqam ke maqam berikutnya.

Maqam dalam dunia sufi diartikan dengan taraf-taraf atau suasana batin yang berkaitan dengan pembinaan akhlak. Maqam juga sering diartikan sebagai pangkat atau derajat seseorang di jalan Allah. Menurut Imam Al-ghazali, maqam adalah merupakan suatu persyaratan yang harus dilalui di jalan dunia sufi, dan jika seseorang bertahan dalam salah satu maqam maka keadaan tersebut dinamakan hal (jamak nya Ahwal) atau tingkatan jiwa.

Dari pengertian di atas, maqam bisa di ibaratkan dengan sebuah tangga yang memiliki gigi bertingkat. Tangga dilalui secara bertahap, step by step, dan anak tangga yang paling bawah atau dasar menuju tangga berikutnya sampai pada anak tangga teratas. Begitulah perumpamaan maqam ke tahap maqam berikutnya. Maqam tidak bisa dilalui dengan meloncat langsung pada salah satu maqam dan meninggalkan maqam lain. Hal ini disebabkan karena suasana jiwa manusia itu mempunyai tingkat gradasi atau kemampuan yang bertahap untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dari perspektif ini maka maqam adalah suatu teori yang telah dibangun oleh ulama sufi untuk menghantarkan manusia kepada Tuhannya yang disandarkan pada kemampuan hatinya yang bertahap tersebut.

Ada banyak macam maqam yang telah ditetapkan oleh ulama sufi. Namun dari banyaknya maqam yang ditetapkan tersebut kami mengambil satu rumusan yang telah ditetapkan oleh Al-Ghazali yang sering disebut dengan maqam 7
Maqam yang pertama adalah maqam Tobat. Tobat secara terminologi berarti kembali, searti dengan kata raja'a. Sedangkan menurut istilah, tobat adalah kembali dari segala sesuatu yang dicela Allah menuju ke arah yang dipuji oleh-Nya. Sedangkan menurut Al-Ghazali, tobat adalah meninggalkan dosa-dosa seketika dan bertekad untuk tidak mengulangi nya lagi. Atau, tobat adalah kembali dari maksiat menuju taat. Kembali dari jalan yang jauh menuju pada jalan yang dekat dengan Allah. Dengan demikian orang yang bertobat adalah orang yang berhenti melanggar larangan-larangan Allah dan kembali untuk melakukan perintah-perintah-Nya. Berhenti dari berbuat maksiat lalu berusaha untuk senantiasa mencintai Allah. Berhenti melakukan hal-hal yang dibenci Allah dan berusaha menjalani apa yang diridhai da disayangi-Nya, dan ia akan merasa sedih hati atas dosa-dosa yang pernah dilakukannya.

Tobat sebenarnya merupakan satu kesadaran yang muncul dari kedalaman hati yang paling bawah. Kesadaran ini muncul atas pengakuan diri sendiri bahwa perilaku hidup yang selama ini dijalani ternyata tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Dengan demikian, tobat sebenarnya tidak bisa di rekayasa atau merupakan manipulasi perasaan jiwa. Ia benar-benar merupakan kesadaran penuh dan murni, bersih dari intervensi-intervensi pihak lain.

Sebagai kesadaran, tobat pasti akan menumbuhkan rasa penyesalan yang begitu dalam. Rasa inilah yang nanti akan menjadi satu kekuatan yang bisa membangkitkan semangat dan tekad bulat untuk melepaskan noda dan dosa yang pernah dilakukan dan beri'tikad untuk memulai lembaran kehidupan baru, suatu kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Tobat dengan pengertian yang demikian ini, tentu tidak bisa disamakan dengan “kapok lombok”, dalam istilah Jawa, yang hanya menimbulkan rasa penyesalan sesaat atau rasa jera sementara yang pada satu kesempatan lain akan mengulangi perbuatan yang sama untuk kesekian kalinya. Tobat sebenarnya bukan hanya se bentuk penyesalan dhahir yang sekadar diperlihatkan dalam sisi ucapan yang walau disertai dengan ucapan istighfar. Tetapi yang lebih penting dari itu adalah upaya untuk menjauhi dan tidak mengulangi perbuatan dosa yang pernah dilakukan untuk kedua kalinya, apalagi sampai mengulangi berkali-kali. Inilah sebenarnya karakter dari tobat. Jadi sejauh mana seseorang mengaku tobat kepada Allah itu berhenti dari perbuatan dosa lalu tidak mengulangi nya lagi, maka ia berarti benar-benar bertobat. Tetapi jika seseorang tersebut masih saja mengulangi perbuatan-perbuatannya, maka pengakuan tobat tersebut hanya sekadar terucap tetapi tidak terbukti. Sekali-kali Allah tidak akan menerima pertobatan yang demikian, bahkan Allah akan marah sebab Dia merasa dipermainkan.

Ada 4 hal yang oleh kalangan sufi ditetapkan sebagai syarat tobat, di mana keempat hal inilah yang menentukan sah tidaknya pertobatan manusia. Keempat hal tersebut adalah:
  1. An nadm, yaitu menyesali perbuatan dosa yang pernah dilakukan. Penyesalan ini hanya ada secara ikhlas di dalam hati yang terkadang terefleksi secara otomatis dengan tangisan (yang tidak dibuat-buat). Secara psikologis penyesalan yang tulus seringkali membuat manusia harus menangisi perbuatan-perbuatannya.
  2. Al azm, yaitu berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengulangi dosa yang pernah dilakukan. Satu i'tikad ini sebenarnya tidak mengenal waktu dan tempat. Artinya, selagi seseorang sudah berniat untuk benar-benar tobat, maka ia sepanjang hidupnya, kapan dan di mana saja tidak boleh mengulangi perbuatan yang sama.
  3. Al iqla, yaitu menanggalkan perbuatan dosa. Bagi orang-orang yang bertobat, semua jenis kemaksiatan yang menyebabkan adanya harus ditinggalkan. Sebab hanya dengan itu dia bisa memulai lembaran kehidupan baru yang berbeda sekali dengan lembaran hidup yang sebelumnya. Jika seorang petobat masih saja tidak mengindahkan larangan-larangan agama, maka itu berarti ia kembali lagi pada kesalahan hidup masa lalunya.
  4. Al bara'ah, yaitu membebaskan diri dari hak-hak anak Adam atau membersihkan diri dari dosa-dosa yang ada hubungannya langsung dengan sesama manusia. Hal ini sangat penting sekali untuk diupayakan sebab bagaimana pun juga dosa manusia terhadap manusia yang lalu sebenarnya bukan wewenang Allah untuk mengampuninya, tetapi hak sepenuhnya untuk mengampuni atau tidak terletak ada manusia itu sendiri.

Dari keempat syarat di atas, tiga dari urutan pertama merupakan upaya penghapusan dosa kepada sang Khalik, sedangkan satu yang lainnya adalah merupakan upaya penghapusan dosa terhadap sesama makhluk.

Monday, September 10, 2012

Sombong Akan Melahirkan Perasaan Meremehkan Orang Lain

Menyambung postingan sebelumnya tentang sombong, lebih spesifik lagi, sombong akan melahirkan perasaan meremehkan orang lain, menganggap orang lain tidak ada apa-apanya yang hingga melahirkan sifat pembangkang atau ketidakpatuhan. Sifat terakhir ini lebih disebabkan karena dalam sombong ada sifat tidak takut kepada siapa saja, karena orang lain dihadapannya tidak mempunyai kelebihan apa-apa. Sombong pada kondisi terakhir ini, pada puncaknya bisa berupa kesombongan seorang manusia kepada Tuhan yang ditandai dengan pembangkangan dan ketidakpatuhan hamba terhadap segala perintah-perintah yang telah ditetapkan oleh Tuhan.

Adapun spesifikasi dari sifat ujub adalah pembangkangan terhadap diri sendiri. Sama dengan keberadaan sifat sombong, ujub juga merupakan sifat meremehkan terhadap kelebihan orang lain bila dibandingkan dengan kelebihannya. Kedua sifat ini adalah tercela, yang oleh Nabi disebut sebagai sifat yang menjadikan manusia tidak bisa menikmati kenikmatan surga. “Tidak akan masuk surga orang-orang yang di dalam hatinya terdapat sifat sombong (ujub) walaupun seberat biji sawi”, demikian sabda Nabi yang secara tersirat barangkali dapat ditafsirkan, bahwa tidak akan bisa dekat dengan Allah orang-orang yang di dalam hatinya masih terdapat sifat sombong dan ujub walaupun itu sekecil atom.

Sifat kedelapan selanjutnya, yang merupakan salah satu sifat yang menyebabkan penyakit hati adalah riya'. Riya' adalah sebentuk persekutuan. Makanya sifat ini termasuk dalam kategori syirik asghar (kecil atau samar). Sedangkan kita tahu bahwa syirik merupakan suatu dosa yang teramat sulit untuk diampuni. Syirik termasuk dosa besar dan merupakan laku yang paling dibenci oleh Allah.

Dalam bahasa sehari-hari, riya' berarti pamer atau menunjukkan suatu amal perbuatan baik kepada seseorang. Ada satu tujuan yang ingin dicapai dalam riya' yaitu ingin dipuji orang. Dalam pengertian yang demikian, maka riya' sebenarnya merupakan antagonisme dari sifat ikhlas. Kala ikhlas adalah suatu tindakan yang didasarkan niat hanya karena Allah, maka riya' didasarkan pada selain Allah. Tujuan akhir dari ikhlas adalah mencari ridha-Nya, maka yang menjadi tujuan akhir dari riya' ialah supaya dipuji orang, untuk mendapatkan ketenaran dan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan duniawi seperti kepercayaan orang lain, rasa simpati dan sebagainya.

Suatu amal perbuatan baik dalam bentuk ibadah yang didasari oleh rasa riya' sesungguhnya tidak memiliki orientasi kepada Allah. Makanya Allah sendiri tidak menerimajenis ibadah seperti itu, sebab Dia “tidak merasa” bahwa amal ibadah tersebut ditujukan kepada-Nya. Dalam bahasa logika mungkin bisa dikatakan bahwa, kalau suatu ibadah atas dasar riya' itu tidak diterima, maka bagi Allah pasti akan menganggap amal ibadah tersebut tidak ada. Seseorang sedang melaksanakan ibadah sholat, misalnya, dengan ada rasa riya' didalamnya, maka di samping Allah tidak akan menerima shalat tersebut, juga Da melihat bahwa amal perbuatan shalat itu tidak ada, atau dengan kata lain dianggap tidak melakukan shalat.

Sebagai ibadah yang tidak berorientasi pada Allah, maka secara psikologis ibadah yang ber-riya' tidak akan berefek kedekatan dengan-Nya. Sebaliknya akan menjadikan kedekatan dengan sesuatu yang menjadi tujuan ibadah itu sendiri. Kalau persoalan dunia yang menjadi orientasi ibadahnya, maka ia akan menjadi dekat dengan dunia. Dan jika ia telah dekat dengan dunia, maka ia tidak akan pernah bisa untuk dekat dengan Tuhan. Ini berarti bahwa semakin banyak ibadah yang dilandasi dengan riya', maa ibadah tersebut tidak akan mendekatkan manusia kepada Tuhan melainkan malah menambah jarak antara keduanya menjadi semakin jauh.

Itulah beberapa sifat yang menjadi penyakit hati. Sifat-sifat inilah yang seringkali menjadikan hati tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya, bahkan telah membunuh hakikatnya. Tentu, bagi siapa saja yang ingin menapak jalan menuju kedekatan dengan Tuhan harus membuang jauh-jauh sifat-sifat tercela itu. Sebab bagaimanapun juga penyakit-penyakit itulah satu-satunya penghalang bagi manusia untuk sampai pada Tuhan.

Setelah seseorang sudah berupaya untuk membunuh sifat-sifat jelek tersebut, maka langkah selanjutnya ia harus mengganti sifat itu dengan sifat-sifat yang mulia. Artinya setelah sifat-sifat jahat dalam hatinya sudah dihilangkan, maka pada saat itu pula ia harus memasukkan sifat-sifat mahmudah ke dalam hatinya. Langkah ini dimaksudkan untuk menghidupkan kembali esensi hati seperti keadaan yang semula.

Dalam pandangan para sufi, hati manusia sebenarnya mempunyai sifat atau kecenderungan yang asasi, yaitu selalu condong pada kebaikan atau selalu condong pada jalan menuju Allah. Dari pengertian ini, maka dapat dikatakan bahwa pada hakikatnya manusia itu makhluk baik; condong pada tindakan-tindakan yang lurus dan senantiasa rindu pada kedekatan kepada Tuhan. Hal ini bisa dikandaskan pada suatu kenyataan bahwa sebelum manusia itu disempurnakan penciptaannya, jiwa-jiwa mereka telah diambil sumpahnya oleh Allah. “Bukankah Aku ini adalah Tuhan kalian semua?”, tanya Allah. Jiwa-jiwa manusia itu pun berkata, “Benar (Engkau adalah Tuhan kami), kami bersaksi akan itu”.

Selain ayat tersebut memberikan satu indikasi bahwa manusia adalah makhluk yang selalu condong pada tindakan-tindakan baik, kalangan sufi lebih menafsirkan ayat di atas sebagai satu bukti bahwa hati sebagai salah satu unsur yang ada dalam diri manusia sejak semula telah mengenal Allah. Hati inilah yang sejak awal telah berjanji akan selalu tunduk dan patuh sebagai seorang hamba kepada Tuhannya, sebab ia secara kodrati dijadikan oleh Allah sebagai satu kekuatan dalam diri manusia untuk itu. Tetapi dalam perjalanannya ada banyak hambatan-hambatan yang bisa menyebabkan hati berbelok arah, bahkan tidak mengenal Allah sama sekali. Hambatan-hambatan tersebut juga ada dalam diri manusia itu sendiri berupa nafsu yang nanti akan melahirkan sifat-sifat jahat.

Kesucian hati sebenarnya bisa dilihat seberapa banyak sifat-sifat jahat tersebut ada dalam diri manusia. Dengan kata lain, semakin bersih sifat-sifat jahat tersebut dari hati, maka hati itu dalam keadaan suci, yang dengan kondisi seperti ini hati bisa bekerja secara optimal sesuai dengan karakter aslinya. Tetapi jika yang terjadi sebaliknya, dimana semakin banyak sifat-sifat jahat tersebut ada dan bersarang di dalam hati, maka hati akan kehilangan karakter aslinya; ia tidak lagi berkecenderungan untuk mengarah pada kebaikan, bahkan ia tidak bisa lagi mengenal Tuhan. Inilah barangkali upaya penyucian hati dari sifat-sifat jahat dan menggantinya dengan sifat mulia menjadi prioritas utama dalam ajaran para sufi. Hal ini dikarenakan hanya dengan membersihkan hati manusia akan bisa mengenali Tuhan, bisa berada dekat dengan-Nya, bahkan supaya bisa bersatu dengan Dia.

Upaya penyucian hati dengan cara menghilangkan sifat-sifat jelek lalu menggantinya dengan sifat baik memamng merupakan usaha yang teramat sulit. Tetapi ini bukan berarti tidak bisa. Bagaimana pun seseorang yang memasuki dunia sufi langkah tersebut harus ditempuh, sebab itulah jalan benar yang bisa mengantarkan seorang hamba berada dekat dengan Tuhannya.

Sunday, September 9, 2012

Asal Usul Danau Toba, Antara Cerita Dongeng Dan Fakta Ilmiah

Sebagai orang Indonesia kita pasti sudah tidak asing lagi dengan danau Toba. Ada dongeng yang cukup terkenal mengenai danau Toba ini, tapi apakah dongeng tersebut benar? Di kesempatan ini kami akan mengupas Asal-usul danau toba dari versi dongeng dan versi ilmiah. Ini dimaksudkan untuk menambah pengetahuan kita tentang Indonesia tercinta ini.
Dongeng Populer Tentang Asal Usul Danau Toba.
Dikisahkan ada seorang petani yang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan berkebun dan menangkap ikan. Pada suatu hari sang petani mencari ikan di sungai. Setelah beberapa lama ia mencari akhirnya ia menemukan ikan yang bagus, ikan nya besar dan berbentuk cantik. Karena ia heran akan kesempurnaan ikan temuannya sang Petani memperhatikan ikan tersebut dengan seksama. Setelah beberapa lama ikan tersebut berbicara kepada si Petani.  Sang ikan meminta si Petani untuk tidak memakannya.
Sebenarnya si ikan adalah Putri yang dikutuk, dan pak petani berhasil membebaskan kutukan ya. Sebagai imbalan nya sang Putri menjadi istri dari Petani tersebut, tetapi dengan syarat tidak menceritakan asal usulnya. Setelah beberapa lamanya menikah akhirnya mereka dikaruniai seorang anak. Seiring berjalannya waktu anak mereka tumbuh besar, tetapi ada suatu masalah si anak selalu saja merasakan lapar.
Suatu hari sang putri menyuruh anaknya untuk membawakan bekal kepada ayahnya yang sedang di sawah. Tetapi karena si anak selalu merasa lapar di tengah perjalanan ai menghabiskan bekal untuk sang ayah tersebut. Tetapi ayahnya mengetahui hal tersebut, dan dia pun marah tanpa sadar terucap kata dari sang ayah “dasar anak ikan” katanya. Dengan menghardik anaknya itu berarti ia telah melanggar perjanjian dengan sang putri, akhirnya ditempat kaki sang petani berdiri muncul air yang sangat deras dan kemudian menjadi telaga, sedangkan sang anak dan putri lenyap entah kkemana. Telaga tersebut kemudian disebut sebagai danau Toba.

Dongeng atau kisah di atas adalah kisah yang sering diceritakan untuk menceritakan asal usul danau Toba.
Demikianlah dongeng asal usul Danau Toba.
Tetapi secara ilmiah danau Toba terbentuk dari sebuah letusan gunung berapi yang sangat besar atau biasa disebut sebagai Supervolcane.  Supervolcane danau toba diperkirakan terjadi sekitar 73 ribu tahun yang lalu. Sebelumnya ada dua letusan  Supervolcane dalam jangka waktu 1 juta tahun. Ledakan Vulkanis yang membentuk kompleks danau Toba seluas 3.000 km persegi memiliki index ledakan 8 Mega Kolosal. Sedangkan volume erupsinya diperkirakan antara 2.000 sampai 3.000 km kubik magma dan 800 km kubik nya terendap kan sebagai abu vulkanis. Ledakan ini tentu sangat besar sekali bahkan dua kali dari letusan gunung Tambora pada tahun 1815 yang pada saat itu efek ledakan gunung Tambora menjadikan belahan Bumi utara mengalami “Tahun Tanpa Musim Panas”.
Menurut seorang peneliti bernama Alan Robock, letusan Supervolcane Toba tidak memicu zaman es. Penelitiannya ini menganalisa emisi 6 miliar ton sulfur dioksida, di dalam simulasi penelitiannya menunjukan pendinginan global maksimum sekitar  15 °C, pada tiga tahun setelah letusan. Jadi dia menyimpulkan garis pepohonan dan salju sekitar 3000 meter lebih rendah dari sekarang, dan dalam beberapa dekade iklim bisa kembali pulih.

Sebenarnya ada banyak versi pendapat dan metode tentang terbentuknya Danau Toba, tetapi para ahli setuju kalau letusan  SuperVolcano danau Toba mengakibatkan hujan abu yang sangat tebal hingga berlapis-lapis dan gas beracun nya yang masuk ke dalam atmosfer dan memengaruhi iklim dunia pada saat itu. Beberapa ilmuwan menduga akibat letusan tersebut memicu zaman es 1000 tahun kemudian.

Demikianlah asal usul Danau Toba yang terkenal itu, semoga bisa menambah pengetahuan dan kecintaan kita kepada Indonesia.

Dunia, Ia Memotong Jalan Bagi Para Wali-Nya.


Setelah memahami 4 sifat yang menyebabkan penyakit hati, maka sifat yang selanjutnya atau sifat yang kelima adalah sifat bakhil. Bakhil yaitu se bentuk sifat yang ditimbulkan oleh rasa hubu al dunya (cinta dunia). Satu lukisan yang ada dalam Al-Qur'an tentang sifat bakhil ini digambarkan dengan “tangan menggenggam”. Ini berarti bahwa bakhil adalah suatu sifat enggan atau bahkan tidak mau untuk memberikan apa yang dimilikinya kepada orang lain. Ada dua sebab mengapa sifat bakhil ini muncul, yaitu karena adanya suatu anggapan bahwa harta benda yang dimiliki seseorang adalah milik dia sendiri yang dengan susah payah ia memperolehnya, dan karena ada rasa ketakutan bahwa harta benda yang diberikan kepada orang lain akan habis.

Sebagai gambaran dari rasa cinta yang berlebihan kepada dunia, bakhil akan senantiasa membuat manusia selalu berpikir dan berusaha supaya harta benda yang dimilikinya tidak habis atau jatuh kepada orang lain. Sehingga dengan demikian ia akan selalu berupaya dengan segenap hati dan pikirannya untuk menjaga dan mengamankan harta benda yang dimilikinya itu, tanpa mengenal waktu dan lelah. Dalam hati yang dikuasai oleh sifat bakhil tidak ada pikiran-pikiran yang lain kecuali bagaimana harta bendanya aman dari orang lain. Tentu segenap pikiran dan tenaga akan selalu mengarah ke situ. Makanya kita tahu bahwa orang-orang bakhil, seberapapun kekayaan yang ia miliki itu tidak akan membuatnya menjadi tenang, tetapi malah sebaliknya ia akan selalu diselimuti rasa gelisah karena kekhawatiran kehilangan harta. Tidak ada sedikitpun rasa tenang dan tenteram dalam hati yang bakhil. Yang ada hanya kegelisahan, kekhawatiran dan ketakutan sehingga dengan demikian seluruh waktu dari sisa hidup yang dijalani tidak ada upaya untuk pembenahan diri supaya menjadi seorang hamba yang baik, tetapi setiap saat dan setiap waktu yang terpikirkan hanyalah bagaimana kekayaannya itu bertambah dan terus bertambah. Hati yang sudah tumbuh rasa bakhil tentu tidak akan bisa mengingat Tuhan yang dengan itu ia akan berada dekat dengan-Nya, tetapi sebaliknya ia akan selalu berpikir tentang dunia yang itu menyebabkan jarak semakin jauh antara ia dan Tuhan.

Sifat selanjutnya yang keenam, yang bisa menyebabkan penyakit hati adalah sifat hubbu al dunya atau cinta dunia. Apa yang ditimbulkan dari rasa cinta kepada dunia? Cinta terhadap dunia akan melahirkan sifat-sifat keduniaan yang lain, bila cinta tidak bisa memiliki sesuatu yang dicintainya itu, maka bagaimanapun juga cinta akan menjadi kekuatan besar untuk mencari berbagai cara supaya bisa mencapai maksud dan tujuannya. Inilah barangkali sebuah jawaban, mengapa orang-orang yang begitu berlebihan mencintai dunia akan tumbuh rasa ambisius untuk mencari dunia. Bila pencahariannya itu gagal maka dengan segala cara ia akan berupaya supaya memperolehnya walaupun dengan menghalalkan yang haram, membolehkan yang seharusnya tidak boleh atau membenarkan yang itu tidak benar. Itulah mengapa Nabi sendiri mengatakan bahwa “Cinta dunia adalah pangkal dari segala kesalahan”

Dalam tulisannya, Imam Al-Ghazali mengatakan:
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya dunia itu adalah musuh Allah swt., musuh para wali-Nya, dan musuh para musuh-Nya. Dunia menjadi musuh Allah karena ia memotong jalan bagi para wali-Nya. Karena itulah Allah tidak memandangnya sejak dia menciptakannya. Ada pun dunia sebagai musuh para wali-Nya, karena ia menampakkan keindahan pada mereka dan meliputi mereka dengan bunga dan keindahannya. Sehingga mereka meminum kepahitan kesabaran dalam memutuskan hubungan dirinya dengan dunia. Sementara itu, dunia sebagai musuh bagi para musuh-Nya, maka sesungguhnya dunia itu mengangkat mereka satu derajat demi satu derajat dengan tipuan nya dan menangkap mereka dengan ajalnya. Sehingga mereka percaya kepada dunia dan berpegang padanya. Lalu dunia menelantarkan mereka pada saat mereka memerlukannya”.

Memang, Islam memandang bahwa kehidupan dunia dengan segala isinya sebagai suatu kenyataan yang riil. Islam tidak mengingkari adanya kebutuhan-kebutuhan manusia yang bersifat duniawi. Bahkan Islam sendiri memerintahkan manusia untuk memperbaiki keberadaan kehidupan di dunia dan melarang manusia untuk lari jauh darinya. Hanya saja yang dilarang dalam Islam sebenarnya adalah mencintai dunia. Orang boleh saja memiliki harta tapi jangan sekali-kali untuk mencintainya. Seseorang boleh menjadi kaya raya, tetapi ingat, dalam hatinya tidak boleh ada rasa cinta terhadapnya.

Dalam pandangan sufi, dalam hati tidak boleh ada dua cinta. Cinta kepada dunia dan cinta kepada Allah adalah sesuatu yang kontradiktif. Manusia harus memilih salah satu dari keduanya; mencintai dunia atau mencintai Allah, sebab dua pilihan tersebut membawa konsekuensi sendiri-sendiri. Jika ia menetapkan pilihan mencintai dunia maka di dalam hatinya tidak akan pernah bisa mencintai Tuhan. Begitu juga halnya jika Allah dijadikan sebagai yang dicintainya, maka dunia baginya tidak akan mempunyai daya tarik untuk dicintainya. Jadi jelas sekali dalam masalah ini bahwa cinta dunia akan bisa membunuh perasaan cinta kepada Tuhan, Begitu sebaliknya mencintai Tuhan maka dengan sendirinya perasaan cinta dan kesenangan kepada Dunia akan sirna.

Ketujuh, sombong dan ujub. Kedua sifat jelek dan penyakit hati ini sesungguhnya bersumber pada sebab yang sama, yaitu ada satu perasaan bahwa di dalam dirinya itu mempunyai suatu kelebihan. Kelebihan di sini yang dimaksud adalah dalam segala hal, bisa kelebihan kekayaan, ilmu kekuatan, rupa, atau kelebihan-kelebihan lain. Dari sinilah sesungguhnya sifat sombong bisa menyerang siapa saja yang dalam hatinya mempunyai perasaan bahwa disalam dirinya memiliki kelebihan-kelebihan dalam hal tertentu. Bagi orang yang berilmu sifat sombong itu senantiasa ada jika di dalam hatinya ada satu perasaan bahwa mempunyai nilai lebih dalam hal keilmuan dari pada orang lain.

Saturday, September 8, 2012

Mengetahui Tiga Perbedaan Dasar Antara Buah dan Sayur Beserta Ciri-cirinya.

Kemarin ditanya adik apakah tomat itu termasuk sayur? Karena dia melihat di sebuah TV Katanya Tomat adalah sayur, padahal waktu saya masih kecil dulu nyanyiannya Buah Tomat bentuknya bulat, rasanya amat lezat, membikin badan sehat dan kuat :D, apa lagunya yang salah ya??? Apa lagi Istri saya juga sependapat kalau Tomat itu merupakan sayuran,  wah kalau benar begitu si pencipta lagu telah melakukan penipuan kepada anak-anak. Benar tidak ya??

Setelah mencari-cari kesana-kemari akhirnya saya menemukan sebuah titik terang dari masalah Pertomatan tersebut. Jadi gini ceritanya dilihat dari istilahnya, sayur merupakan istilah dalam dunia kuliner, sedangkan buah adalah istilah dalam ilmu biologi, jadi tidak ada istilah sayur dalam ilmu biologi, kalau gak percaya tanyakan sana sama Bu Guru SD (bukan iklan mie ).

Pengertian buah sendiri secara biologi adalah bagian tanaman yang berfungsi sebagai cadangan makanan dan melindungi biji sebagai bakal hidup generasi penerus tanaman yang berupa biji tersebut.

Nah kalau dari pengertian tersebut berarti Tomat termasuk buahkan?? jadi pencipta lagu buah tomat tidak melakukan penipuan dong.

Itu kalau ditinjau dari ilmu biologi, coba kita lihat dulu bagaimana definisi buah dan sayur
oleh ahli botani.
Buah di definisikan sebagai ovarium matang tanaman unggulan, dan pada umumnya pada pohon buah terdapat bunga, sementara itu istilah sayur lebih mengacu ke bagian-bagian tanaman yang bisa diolah untuk dimakan, seperti daun dan juga akar.


  Lalu apa saja perbedaan antara Buah dan Sayur ?

Pertama :
Buah dan sayur mempunyai peran sendiri-sendiri, sayur adalah bagian tumbuhan yang berfungsi sebagai penjaga tanaman untuk kelangsungan hidup sang tanaman, seperti tugas daun yang mengumpulkan panas matahari untuk melakukan fotosintesis dan akar yang berfungsi sebagai pengangkut air dan nutrisi yang diperlukan oleh tanaman.
Sedangkan buah memainkan peranan sebagai penyebar atau peningkat populasi tanaman. Atau dalam istilah biologi disebut reproduksi.

 Kedua
Banyak orang yang salah paham, mereka mengira perbedaan buah dan sayur dilihat dari rasanya itu karena kebanyakan buah memang terasa manis jadi yang selain rasa manis bukanlah buah. Seperti Tomat, labu, cabe, mentimun, alpukat, kacang polong, labu, zucchini, paprika, buah zaitun.
Karena buah-buahan tersebut tidak terasa manis bukan berarti masuk dalam kategori sayur. Kenapa demikian?? kembali lagi pada definisi ovarium sayur dan buah diatas.

 
Ketiga
Tidak sedikit jenis tanaman yang kita konsumsi bukan termasuk buah maupun sayuran. Meskipun demikian jenis tanaman tersebut baik untuk di konsumsi. Misalnya kacang tanah, ini bukanlah jenis dari buah maupun sayur, para ahli botani lebih mengelompokkan kacang tanah sebagai jenis kacang-kacangan dari pada buah maupun sayur.  Jamur, ubi,  juga tidak dalam kategori ini
 

Dan akhirnya setelah melihat dari pengertian buah dan sayur secara biologi dan botani, dapat diambil kesimpulan bahwa tomat masuk dalam keluarga Buah. Selamat buat Tomat :D

Semoga tulisan ini bisa memuaskan rasa penasaran anda. Terima Kasih