Monday, September 3, 2012

Bagaimana Rasulullah Memandang Dunia Ini

Suatu saat Umar berkunjung kepada Rasulullah, dia dapati Beliau sedang tidur-tiduran diatas tikar yang kasar sehingga meningalkan bekas guratan pada lambungnya. Melihat itu Umar menangis, Rasulpun bertanya “Apa yang membuat engkau menangis Umar?” lalu Umarpun menjawab “Aku melihat Kisra dan Kasar tidur diatas sutra, sementara saya melihat Anda tidur diatas tikar ini”. Rasul lalau berkata “Wahai Uar apakah engkau menghendaki Kekaisaran?”

Bagi Nabi, Dunia bukan suatu tujuan akhir dari segalanya. Dunia adalah sebentuk jalan penghubung untuk menuju pada kehidupan yang hakiki, yakni kehidupan akhirat . Tetapi perlu diingat bahwa duni dengan segala gemerlapnya itu bisa juga menjadi penghalang untuk seseorang sampai kepada Tuhan. Dari sini maka Nabi dengan keras melarang kepada kita untuk mencintai gemerlap dunia, sebab dengan encintai dunia adalah pangkal dari semua kehancuran manusia.

Sisi lain yang harus kita pahami juga, bahwa Nabi sebagai manusia layaknya kita ternyata tidak mengelak dari kebutuhan-kebutuhan dunia. Nabi makan, minum mencukupi kebutuhan keluarga layaknya kita. Makanya Nabipun memenuhi kebutuhan itu. Beliau memerintahkan kepada semua umatnya untuk bekerja, mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup “Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau masih hidup selama-lamanya”, demikian pesan Nabi. Tidak hanya itu, bahkan Allah sendiri menjelaskan dalam surat Al-Qashash:77
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepada (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmun dari (kenikmatan) duniawi...”

Dari keterangan diatas kiranya dapat dikatakan karakter kehidupan sufi yang dijalani Nabi ternyata tidak membelakangi dunia. Sehingga dengan demikian ada keselarasan hidup antara kebutuhan-kebutuhan dunia dan kebutuhan-kebutuhan hidup akhirat. Gaya hidup sederhana yang dijalani Nabi bukanny membelakangi dunia, tetapi hal tersebut dilakuka sebab Nabi tidak ada rasa cinta kepada dunia, dimana perasaan itu jika sudah hinggap dihati Beliau akan menjadikan hidupnya semakin susah dan gelisah dibuatnya. Bukankah urusan-urusan dunia kalau kita pikirkan terus menerus tidak akan aa habisanya dan akan membuat manusia menjadi semakin gelisah? Dan bahkan bisa menjadi penghalang untuk bisa berada dekat dengan Allah.

Karakter seorang Sufi sejati yang berjalan diatas rel-rel sunnah Nabi sudah barang tentu akan memiliki sikap dan mentalitas terhadap kenyataan dunia seperti Nabi. Nabi melarang kita untuk mencintai dunia bukan melarang untuk mencarinya, sebab kita mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang wajib dipenuhi. Jadi tidak patutu bagi siapa saja yang mengaku sebagai umat Muhammad itu lari dari kenyataan hidup, membelakangi dunia dengan meninggalkan segenap tanggung jawab yang harus ia jalani. Nabi menganggap bahwa dunia sebagai kenyataan yang harus dihadapi dan bukan sebagai tempat persembunyian yang kita harus lari melemparkan diri jauh-jauh darinya.

Satu sisi lagi yang menunjukan bahwa Nabi adalah seorang sufi sejati yaitu dilihat dari segi akhlah beliau. Siapaun akan mengakui bahwa akhlak Nabi begitu agung. Keagungan akhlak beliau tidak hanya yang berhubungan dengan Allah (hablum min Allah) tetapi akhlaknya juga terhadap sesama manusia (hamblummin an nas).banyak riwayat yang menceritakan akan hal itu.

Suatu saat 'Aisyah ditanya bagamana gambarang Akhlak Nabi. Jawabnya “Akhlah Rasulullah adalah Al-qur'an. Allah ridho bersama keridhoan Beliau, dan Dia murka bersama murkanya Beliau ”. Jelas sekali disini bahwa segala tindakanya menjadi akhlak Nabi itu sesuai dengan ajaran-ajaran Al-qur'an. Tidak ada satupun tindakan yang menyimpang darinya. Tindakan Rasul adalah refleksi dari Al-qur'an itu sendiri. “Tuhanku yang mengajari tata krama”, sabda Nabi “Sehingga tata kramaku benar-benar sempurna”. Lanjut Beliau.

Kita bisa lihat betapa Rasul adalah contoh dalam masalah akhlak ini. Dalam masalah kasih sayang, misalnya, diriwayatkan bahwa saat perang Uhud dan wajah beliau tampak begitu kelam melihat apa yang dialami oleh para sahabtnya, kata para sahatanya “Berdoalah Ya Rasullah, semoga mereka (para musuh) tertimpa kekalahan.” Beliau menjawab : “Aku diutus bukan sebagai pencacimaki tetapi aku diutus sebagai penyeru dan pemberi rahmat. Ya Allah, berilah kaumku petunjuk sebab sebenarnya mereka tidak tahu”.

Nabipun dikenal begitu baik dalam pergaulan dengan orang lain, yang mengenai ini Ali bin Abu Thalib berkata “Beliau adalah orang yang paling lapang dada, kata-katanya paling bisa dipercaya, tata kramanya paling halus dan keluarganya adalah paling mulia. Beliau selalu bergaul, bersendau gurau dan berbicang dengan para sahabatnya, bahkan Beliau sangat menyayangi anak kecil, selalu memenuhi undangan orang yang mengundangnya, selalu mengunjungi orang sakit dan selalu menerima permintaan maaf”.

Tentang kerendah hatiannya, diriwatkan bahwa suatu ketika seseorang datang mengunjungi Beliau, namun begiti orang tersebut bertemu dengan Beliau, dia menggigil saking takutnya dan Nabi berkata kepada orang itu, “kenapa kamu ketakutan?aku bukan Raja aku hanya anak dari perempuan suku Quraisy, yang makan juga daging yang dikeringkan(makanan orng-orang miskin pada waktu itu)”.

Sikap pemalu Beliaupun sudah dikenal banyak orang. Dan diriwayatkan, bahwa Abu Sa'id al Khudri berkata “Nabi lebih pemalu dari pada wanita pingitan. Kapan Beliau tidak menyukai sesuatu, kita bisa ketahui dari roman wajahnya:.

Mengenai kegemaran memberi dan derma, beliau dalam hal ini adalah suri tauladannya. Diriwayatkan oleh Jabir bahwa Beliau bersabda “idak pernah sama sekali Rasulullah, ketika dimintai sesuatu, lalu berkata “tidak”. Beliau selalu memenuhi apa yang diminta seseorang kalau beliau memilikinya. Kalau tidak begitu Beliau berjanji akan memberikan kapan bisa memberinya”.

Mengenai akhlah dan tingkah laku beliau dengan orang lain, salah seorang sahabat menggambarkan sebagai berikut “”Rasulullah adalah seorang yang lemah lembut, tidak bersikap keras ataupun kasar, tidak pembual, tidak suka berbuat keji. Beliau selalu berusaha melupakan hal-hal yang tidak berkenan dhatinya, dimana Beliau tidak pernah putus asa untuk mengusahkannya. Selain itu beliau telah menanggalkan tiga hal dari dirinya sendiri, yaitu “ riya', sifat angkuh, dan hal-hal yang tidak Beliau ingini. Lebih jauh lagi, Beliau menginggalkan tiga hal untuk orang lain, yaitu tidak mencela atau tidak mencela orang lain, tidak mencari-cari kejelekan orang lain dan tidak memperbincangkan sesuatu kalaau tidak ada gunanya. Ketika beliau berbicara para pendengarnya akan bungkam semua sekan diatas mereka bertengger seekor burung. Ketika Beliau diam merekapun berbicara tanpa pernah bertengkat dihadapan Beliau”.

Dalam kenyataanya, adalah sulit bagi kita untuk mengungkapkan akhlak Nabi. Tetapi setidak-tidaknya dengan uraian tersebut diatas bisa kita jadikan suatu gambaran betapa Nabi Muhammad yang seorang Sufi sejati tersebut masih senantiasa menjalin hubungan dengan sesama manusia dengan berlandaskan akhlakul karimah. Hal ini tentu bisa dipahamkan bahwa ajaran Sufi yang dicontohkan Nabi mengisyaratkan bahwa seorang Sufi seharusnya menjalin hubungan sosial dengan sesamanya. Ia harus bergumul dengan masyarakat, bersatu dan berpadu dalam kehidupan nyata serta berperilaku yang berlandaskan akhlak mulia yang dicontohkan Nabi. Inilah perilaku Sufi sejati, dimana ia tidak harus menjaga jarak dengan mengisolasi diri sehingga terbuang atau membuang diri sejauh-jauhnya dari komunitas manusia.

No comments:

Post a Comment