Sunday, September 2, 2012

Wali adalah Yang beriman dan bertakwa

Mereka-mereka para wali yang dijuluki oleh Allah adalah yang beriman dan bertakwa. Iman adalah suatu kepercayaan dalam sanubari, yang tidak hanya sebatas pada ucapan, melaikan harus dibuktikan dengan suatu tindakan nyata. Tidakan nyata yang dimaksud disini adalah menjalankan apa yang sudah menjadi syariat agama yang sudah ditetapkan oleh Allah. Dalam penjelasan ini, tindakan nyata bisa diukur dalam segi ibadah, maka sejauh itu pulalah ia membuktikan keimanan yang telah ia ikrarkan sendiri dalam hatinya.

Dalam kesempatan lain Islam ternyata menyebut orang-orang yang benar-benar beriman dengan sebutan muttaqin(orang-orang yang bertakwa.) Takwa adalah menjalankan semua syari'at agama ; menjalankan semua perintah Allah sekaigus menjauhi segala apa yang sudah dilarangNya. Pengertian yang seperti ini menunjukan bahwa antara iman dan takwa harus saling berkaitan. Antara keduanya tidak bisa dipisahkan, sebab keduanya merupakan satu kesatuan yang saling terkait. Seorang yang mengaku beriman haruslah bertakwa, ia harus menyesuaikan segala aktivitas hidupnya dengan apa yang sudah digariskan oleh Allah. Ia harus berbuat baik, baik dalam kaitanya hubungan dengan Sang Khalik maupun sesama manusia. Mengapa? Sebab hal itu diperintahkan oleh Allah. Juga, ia harus meninggalkan jauh-jauh segala perbuatan mungkar sebab itu adalah merupakan larangan dari-Nya.

Wali yang disebutkan Allah adalah manusia-manusia dalam kategori ini. Wali adalah orang-orang yang berimman sekaligus bertakwa. Mereka dalah orang-orang yang selalu menyandarkan semua amaliyanya dengan ukuran syari'at Allah. Mereka akan senantiasa menyelaraskan semua perbuatan dengan apa yang dimaui Tuhannya. Dengan pengertian ini maka tidak ada alasan satupun yang membolehkan atau menganggap sah bagi seorang wali yang segala tindak tanduknya sesuai dengan jalan yang telah ditetapkan oleh Allah, sementara itu kalau ada wali atau seorang dianggap wali oleh orang banyak yang menyimpang dari syari'at agama yang telah dibawa oleh Nabi adalah bukan wali.

Dalam kaitanya dengan ini Imam Al-Ghazali pernah mengatakan “Ketahuilah bahwa orang yang bisa berjalan dijalan Allah itu sedikit, tetapi yang mengaku-aku banyak,aku tunjukan dua tanda untuk menelitinya; salah satuya, hendaknya segal tingkah lakunya mengikuti wazan (timbangan) syari'at yang mulia. Tidak akan sampai padanya kecuali orang-orang yang mendirikan sunah. Maka, bagaimana orang bisa kesana jika masih suka meninggalkan yang fardhu(yang diwajikan kepadanya). Jika kamu bertanya : ” apakah seseorang bisa mencapai derajat sampai dihapuskannya sebagian kewajiban ibadah, dan diperkenankannya untuk melakukan hal yang haram, seperti yang telah dikatakan oleh sebagian masyayih(para Guru)yang ceroboh dalam masalah ini? “.
Ketahuilah bahwa itu adalah sebentuk tipuan. Ulama yang teliti pasti akan mengatakan “Jika engkau tau seseorang bisa berjalan diatas air, sedangkan ia melakukan hal yang bertentangan dengan syariat, maka ketahuilah bahwaorang itu adalah setan”.

Dari berbagai kajian etimologi kata sufi sebagaimana dijelaskan pada postinga-postingan sebelmnya maka sampailah pada kesimpulan yang tepat tentang sufi. Sufi adalah manusia-manusia yang senantiasa menghiasi hidupnya dengan iman dan takwa. Mereka adalah manusia yang mempersembahkan semua hidupny kepada Allah sehingga tidak ada rasa takut dan gelisah sedikitpun keciali kepada-Nya. Mereka dalah manusia-manusia yang hatinya selalu bersih dari sesuatu yang selain Allah.

Definisi senada akan kita temukan. Sayyid Husain Nasar, misalnya, mendefinisikan sufi adalah ia yang telah bersih dari semua keinginan. Kehidupan batinnya bersih dari kemalanga.

Kata-katanya bebas dari kelalaian, kealpaan dan fitnah. Pikirannya bersinar-sinar dan matany mengelak dari dunia. Ia telah mendapat petunjuk dari yang benar.

Al-Ghazali mengatakan, Sufi adalah kelompok yang selalu berjalan dijalan Allah, budi pekerti mereka adalah sebaik-baiknyabudi pekerti. Tarekatnya paling tepat, akhaknya paling suci. Andaikan akal para pemikir dan filosof serta para ilmu Ulama yang mengerti rahasia syaria'at dipadukan untuk menggantikan akhlak dan budi pekerti mereka agar lebih baik, mereka tidak akan menemukan jalan. Gerak dan diam mereka, lahir batin adalah serapan dari pancaran Nur Nubuwwah (cahaya kenabian), yang tidak ada cahay dibumi ini kecuali hanya cahaya itu.

Allah secara tegas berfirman daam surat Al Ahzab:21 yang kurang lebih artinya sebagai berikut :
“Sesungguhnya pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bai bagi dirimu(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kimat dan dia banyak menyebut Allah”


Satu-satunya manusia yang layak dan seharusnya kita jadikan contoh, panutan dan publik figur adalah Nabu Muhammad Shalallahu'alaihi wasallam, sebab Beliau adalah satu-satunya manusia yang paling sempurna dimuka bumi ini. Kesempurnaan Nabi, terutama yang terpancar dari akhalnya ternyata telah diakui oleh semua kalangan, tidak hanya kaum muslim pada saat iru tetapi juga kaum kuffar. Tidak hanya kawan teteapi juga lawan, tidak hanya manusia tetapi bahkan Allah sendiri telah memujinya; “sesungguhnya engkau (Muhammad) berakhak mulia”, demikian firman Allah.

Sebagai uswatun hasanah (tokoh panutan), sesunggunya Nabi telah memberikan contoh dalam segala hal yang berkenaan dengan hidup ini. Contoh yang diberikannya tidak hanya sebuah teori tetapi telah menjadi realitas dalam kehidupan nyata Beliau, yakni bagaimana hidup yang diridhai Allah. Hingga dari sekian banyak contoh yang diberikan kiranya kita dapat melihat Nabi berperilaku sebagai Bapak yang baik untuk anak-anaknya atau bagaimana suami yang baik kepada Istrinya. Juga Nabi memberikan contoh yang sebaiknya kita tiru, yaitu bagaimana seorang pemimpin yang bijaksana terhadap semua semua rakyatnya, bagaimana seorang pedagang yang jujur kepada pembelinya, sampai contoh bagaimana seorang tetangga yang baik kepada tetangganya . Tak terkecuali dalam masalah ini Nabi juga memberikan suatu suri tauladan bagaimana Sufi yang benar dan tidak menyimpang dari ajaran Islam yang dibawanya.

Para ahli menyatakan bahwa gaya hidup yang dijalankn oleh Nabi adalah mencerminkan perikehidupan seorang sufi yang sejati. Cerminan Sufistik yang dicontohkan Nabi adalah meliputi dari semua segi-segi kehidupan yang dijalani dari mulai akhlak ketika melakukan interaksi sosial dengan manusia lain, mentaitasnya terhadap isi dunia sampai akhlak beliau terhadap Allah ketika kusyu' dalam ibadah . Sisi-sisi kehidupan yang sarat dengan muatan sufistik sesungguhnya bisa kita jadkan suatu tolak ukur sejauh mana ajaran sufi itu benar-benar sesuai dengan apa yang telah dicontohkan Nabi yang bersumber pada ajaran Nabi sedangkan yang menyimpang dari ajaran Beliau sudah pasti salah atau bahkan sesat.

No comments:

Post a Comment